Kamis, 12 November 2015

Pemikiran Filsafat Pendidikan Para Ahli Terdahulu

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT SOCRATES (470-399 SM)

Pada titik waktu ini dalam sejarah filsafat muncullah salah seorang pemikir besar kuno (470-399 SM) yang mana gagasan-gagasan filosofisnya dan metode pengajarannya ditunjukan untuk mempengaruhi secara mendalam dan abadi terhadap teori dan praktik pendidikan diselu¬ruh dunia Barat. Socrates yang dilahirkan di Athena, is adalah putra seorang pemahat dan seorang bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu Sophonicus dan Phaenarete (Smith, 1986: 19).
Adapun prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah, metode dialektis, yang digunakan oleh Socrates yang mana telah menjadi dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seorang belajar untuk berpikir secara cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seseorang guru tidak memaksa wibawanya atau memaksa gagasan-gagasan atau pengetahuan kepada seorang siswa, yang mana seorang siswa dituntut untuk mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara kritis, ini adalah suatu metode untuk meneruskan inteleknya dan mengembangkan kebiasaan¬kebiasaannya dan kekuatan mental.
Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus menerus dan standar moral yang tinggi (Smith, 1986: 25).

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT PLATO (427-347 SM)

Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuh¬nya menyerap ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. la mendiri¬kan sebuah akademi, suatu pusat untuk studi.
Plato, dilahirkan dalam keluarga Aristokrasi yang kaya (mungkin di Athena disekitar tahun 427 SM).
Plato kehilangan ayahnya Ariston, mengaku keturunan dari Codus yang pernah berkuasa abad ke-7 SM sebagai raja terakhir dari Athena. Ibu Plato Perictions adalah keturunan keluarga Solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri dari demokrasi Athena terkemuka (Smith, 1986: 29).
Bagi Plato, Pendidikan itu adalah suatu bangsa dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan negara dan perorangan, pendi¬dikan itu memberikan kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan diri pribadinya. Bagi negara, dia bertanggung jawab untuk memberikan perkembangan kepada warga negaranya, dapat berlatih, terdidik dan merasakan bahagia dalam menjalankan peranannya buat melaksanakan kehidupan kemasyarakatan (Ali, 1993: 60).
Menurut Plato di dalam negara idealnya pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara. Pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan pembebasan dari belengggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang balk dan apa yang jahat, dan juga akan menyadari apa patut dan apa yang tidak patut, dan yang paling dominan dari semua itu adalah bahwa pendidikan mereka akan lahir kembali (they shall be born again) (Raper, 1988: 110).

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ARISTOTELES (367-345 SM)

Aristoteles adalah murid Plato. Dia adalah seorang cendekiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berhutang budi padanya karena banyaknya kemajuan dalam filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya Logika, Metafisika, Politik, Ethika, Biologi dan Psikologi. Aristoteles dilahirkan dalam tahun 394 SM di Stagira sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice yang menonjol disebelah barat Laut Egea. Ayahnya, Nichomachus yang sebagai dokter merawat Amyntas II, raja Macedonia, mengatur agar Aristoteles menerima pendidikan yang lengkap pada awal mass kanak-kanak dan mungkin kemudian mengajar dalam pengamatan gejala-gejala penyakit dan teknik-teknik pembedahan. Balk ayah maupun ibunya, Phaesta, mempunyai nenek moyang terkemuka.
Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik, maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, akan tetapi soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, supaya mengarah dirt kepada akal, sehingga dapat dipakai akal guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, ia memer¬lukan dukungan-dukungan perasaan yang lebih tinggi yang diberikan arch yang benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Barnadib, 1994: 72).
Aristoteles juga menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan rendah, sebagaimans pada tingkat pendidikan usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar